Cari Artikel Disini

Cerita Dewasa sehabis ngegym

Berikut ini cerita dewasa yang membuatku senantiasa teringat selamanya. Aku jadi member di satu fitness center yang ada di satu mal deket tempat tinggalku. Ya biar bodiku tetep kenceng dan mencehag lemak tertimbun ditempat2 yang tidak diinginkan. Aku rutin latihan disitu, biasanya si seminggu sekali, tapi kalo lagi senggang bisa seminggu dua kali, malah kalo lagui libur ampir setiap ari aku ke situ. aku kenal dengan salah satu instruktor kelas. Sebut ja si abang (jadi gak usah nyebut namanya kan). Dia seneng ngobrol ma aku tiap ada kesempatan. Padahal banyak member prempuan yang laen, tapi si abang slalu mencari kesempatan untuk ngobrol dengan aku. Gak lama si, sebab ngobrolnya paling setelah selesai kelas, sembari istirahat menunggu kamar mandi yang kosong. Pdkt nya meningkat, dia ngajak aku minum kopi disatu gerai kopi yang aku tau pasti secangkir kopinya gak murah, berlipetlah harganya kalo dibanding dengan ngopi di warteg. “In, gak buru2 pulang kan, ngopi dulu yuk”, ajaknya.

Aku iyain ja, “Mang abang mo bayarin?” “Buat kamu apa si yang enggak”, kayanya ini jawaban standard lelaki kalo mo ngegombalin prempuan deh. Kami ngobrol ja ngalor ngidul sembari minum kopi, secangkir dah abis tapi masi terus ja ngobrolnya. Si abang memang temen ngobrol yang baek, ada aja topik yang dia obrolin diselingi dengan humornya yang membuat aku terpingkel2. Gak kerasa dah larut juga, tapi kami masi belum beranjak dari kedai kopi itu. “In, dah malem ni, aku anter kamu pulang ya”. Kayanya sengaja dia ngajak aku ngobrol supaya bisa nganter aku pulang. Tipuan standard lelaki lagi, aku si dah paham lah kalo tipiual dan gombal standard kaya gitu. Daripada pulang ndirian naek taksi, ya gak da salahnya maudianter, aman dan hemat uang taksi kan. Kesempatan laen, pdkt meningkat, dia ngajakin aku makan disalah satu resto yang ada di mal itu. “abang banyak duit ya, mbayarin aku terus”, aku gak nanya lagi dia mo traktir aku gak, aku tembak langsung ja minta dibayarin.

“Aku yang ngajak ya aku yang bayar”. “Kalo gitu aku gak mo ngajak abang minum kopi atau makan, ntar aku yang bayar”. Dia tertawa. “Ya enggaklah, biar kamu yang ngajak tetep ja aku yang bayar”. “abang baek banget”. “aku tu suka ma kamu In”, kaget juga aku mendengar tembakan langsungnya itu. “Kamu dah punya pacar In”. Aku ngangguk, “Kalo gitu kita ttm an ja ya. Kamu mo makan apa”. Sembari liat menu dia nawarin makanan yang dia rasa enak. “Wah abang sering ya makan disini, ma member yang mana bang”, godaku. “Ya pernahlah, ma temen2 ja, ma member baru ma kamu ini”. “Masak si”. “Iya”. Aku gak ngedesek lebi lanjut, “Kok suka ma aku bang, kan banyak member laen yang lebi cantik dan lebi sexy dari aku”. “aku seneng ma prempuan yang imut tapi berisi kaya kamu In”. “O gitu ya”. Aku si seneng ja dipuji gitu, prempuan mana si yang gak suka kalo dipuji lelaki.

“Aku berisi bang, ya isinya jeroan, kalo gak da jeroan dah jadi mumi kan”. “Maksud aku bodi kamu menarik diliat biar kamu imut juga”. “becak kali ditarik”, dia tertawa. Makanan pesanan dah dateng, kami makan sembari becanda2 terus. Aku gak nanggepin serius gombalannya tentang suka ma aku, dah sering banget aku dapet gombalan kaya gitu dari lelaki yang pdkt ma aku. “Cowok kamu gak marah kan aku traktir kamu”. “Ya gak lah, kan cuma traktir”. “Kalo lebi dari traktir?” “Misalnya?” “Ajakin nonton”. “Ya gak apa lah, cuman nonton kan?” Dia terdiam. Aku segera mengalihkan pembicaraan supaya dia gak terpojok atas jawabanku. Kami menikmati makan malem itu dengan santai, selesai makan seperti biasa dia nganter aku pulang. “Kamu kos ya In”. “iya”. “Sekamar ndiri”. “Gak, ada temenku, mahal bang kalo ndirian”. “Ma cowok kamu?’ “Gak lah, ma Dina”. “Dina gak member”. “Gk tu, dia males suru olahraga”. “Gemuk dong”.

“gak, justru lebi sexy dari aku”. “wow”. “Pengen kenal pasti ya”. “Gak lah, kenal kamu dah cukup kok”. “Masak?” godaku, “belon ja liat Dina, cowokku ja ngiler liat bodinya Dina”. “Pdahal dah punya cewek yang sexy kaya kamu ya”. “Namanya lelaki, ibarat kucing, dah kenyang makan dirumah masi ja nyari tulang ikan di tong sampah”.”Waduh, disamain ma kucing”. “abis mo disamain ma anjing?” Kami tertawa. Dah sampe di kos, aku sengaja nawarin mampir”. “Mo mampir bang, kenalan ma Dina”. “Gak ah, dah malem, masak bertamu malem2″. “nanti nyesel lo, kalo malem gini Dina cuma pake tengtop ma celpen, napsuin banget liatnya”. “Laen kali deh”. Gak tergoda juga.

Kesempatan laen lagi, abis makan dia ngajakin aku nonton. Aku iyain ja, dibioskop dia ngelus2 tanganku. “Kamu mau kan jadi ttm aku”, bisiknya. “nonton kok ngobrol, kan jadi gak ngikuti filmnya”. “Sori, terganggu ya”. aku mebiarkan tangannya menjelajah, tangan, lengan dan lahaku dielus2nya. “Bang, geli”, waktu tangannya mengelus2 pahaku yang tertutup jins ketat, soale tangannya makin lama makin keatas. karena kursinya gak lebar ya aku gak bisa ngangkang, jadi cuma nyentuk pangakl pahaku ja, naek juga aku dielus2 terus kaya gitu. “Tangan abang nakal ih, baeknya kursinya sempit”. “Kalo lebar napa”. “Pasti deh dah ketengah”, jawabku to the point. “Mau kan kalo ketengah juga”. Aku cuma senyum ja. “aku pengen cium kamu deh In, bole ya”. Dia merangkul aku, aku menoleh kearah dia dan membiarkan bibirnya menyentuh lembut bibirku.

Pelan diisapnya bibirku, aku membalas menjulurkan lidahku kedalam mulutnya, segera dibelitnya lidahku dengan lidahnya dan tangannya mulai meraba tokedku, diremasnya pelan. Aku makin naek jadinya. Sengaja kuelus selangkangannya, terasa ada sesuai yang keras banget disitu. “Bang cuma ciuman ja dah ngaceng si”. “abis aku napsu liat bodi kamu, toked kamu kenceng deh”. “Gak gede kan bang”. “Tapi proporsional ma bodi kamu”. Ciumannya dilepas karena film dah selesai. Aku seperti biasa dinater pulang. “Mo mampir bang, tapi Dina gak da, nginep dirumah temennya, katanya”. Kayanya dia dah napsu berat, dia ikut ja ke kamarku. Sesampai dikamar, dia merangkulku dari belakang. “In aku horni neh”. “Kamu cantik deh malam ini”, ucapnya. “mang malem kemaren2 gak cantik ya bang”. “Malem ni lebi cantik lagi”. “Gombal, pasti ada maunya” “Kamu juga mau kan”. Dia kemudian melingkarkan tangannya ke pinggangku, aku sedikit bergerak lebih mendekatkan badanku ke dalam pelukannya. Dia menggerakan tangannya dengan lembut untuk menyentuh bagian bawah tokedku. Aku hanya memejamkan mata saja. Kontolnya yang mengeras berhimpitan dengan pantatku. Perlahan ia mulai meremas dengan halus tokedku. Aku membiarkan telapak tangannya membelai-belai tokedku, jantungku sedikit berdebar-debar. Dia mulai menciumi bagian tengkuk leherku sambil memasukkan kebalik blusku.

Braku diangkatmya keatas sehingga tokedku terbebas untuk diremas2. Terutama remasan telapak tangannya terhadap pentilku. Tokedku pun menjadi agak mengeras oleh karena sentuhan dan remasan lembut tangannya’ “bang, mmh.., geli” “aku sayang sama kamu, In”, sahutnya sambil sedikit ngos-ngosan. Ia masih saja merabai tubuhku. “Engh, badanku jadi lemas semua nih”, aku berucap sambil setengah merengek. Memekku pun mulai terasa hangat dan lembab. Dia masih terus meremas-remas tokedku. Malah ia mulai memasukkan satu tangannya ke dalam jinsku. “Sempit yang”. Dia mengubah panggilannya ke aku, Aku seneng ja dipanggil yang gitu. “Dilepasin ja ya yang”. anpa menunggu jawabanku, dia mengangkat blusku keatas. aku mengangkat tanganku keatas membantu dua melepaskan blusku, gfak lama kemudian kaitan braku dilepasnya sehingga braku pun meluncur meninggalkan tempatnya. Kancing jinsku dilepas, ritsluitingnya dibuka dan dia menarik jinku kebawah sembari berjongkok. Dia mencium pantatku yang masi tertutup cd minim, aku sampe menggelinjang.

Dia bangkit berdiri, tangan satunya meremas tokedku kembali dan satunya lagi masuk ke dalam cdku. Jembutku yang halusdielus2nya, kemudian terasa jarinya menyentuh bibir memekku. Aku menggelinjang. Nafasku mulai tidak terkontrol. Memekku sudah mulai berdenyut-denyut. Aku dibaringkannya di ranjang. Ditindihnya tubuhku dengan birahi yang mulai tidak terkontrol. Segera dia mengulumi pentilku. “Bang, ngmhhnghh.., sshh”, erangku. Dia terus asik dengan aktivitas birahinya. Lidahnya mempermainkan pentilku dengan penuh perasaan. Mataku terpejam dan tanganku membelai kepalanya, merasakan kenikmatan jilatan-jilatannya. Dia akhirnya mulai tak sabar, ditariknya turun cdku, kemudian diapun melepas semua yang menempel dibadannya. Kontolnya sudah tegak.

Dikangkangkannya kedua kakiku dengan perlahan. Kontolnya dia arahkan ke dalam pangkal pahaku. “Sleep!”, setengah detik kemudian palkonnya mulai memasuki liang memekku. Dia mulai menggerakan pinggangnya naik turun. Napasnya semakin ngos-ngosan tatkala tubuhnya mulai bergerak menindih tubuhku. Tokedku bergoyang-goyang karena gerakan sodokannya. Aku juga merespon gerakkan yang dilakukannya. Memekku berdenyut-denyut ketika kontolnya terus bergerak dalam liang memekku. Pinggangku bergerak berputar-putar dan sambil merintih penuh rasa nikmat. “Bang.., nghh enghhnak.., enghh terusshhsshh”, rintihku dalam kenikmatan. Desahanku membuat nafsunya semakin menjadi-jadi. Konsentrasinya hanyalah pada gerakan tubuhnya yang maju mundur. Batang kontolnya seperti dipijit-pijit di dalam lubang memekku. Dia semakin mempercepat gerakannya. “Engghh.., yang.., engghh lebihhss kerassh..sshh”, aku mendesah.

Dia semakin mempercepat gerakannya. Bunyi kecepak-kecepuk menjadi semakin berirama. Gerakannya kini telah menjadi hentakan-hentakan. Aku masih terus memeluk erat tubuhnya sambil terpejam. “Esshh.., Ahh.., ahh..ampirr.., ashh”, aku mendesah-desah. aku merasa sudah hampir mencapai puncak. Gerakan tubuhnya menjadi sangat cepat. Dia menghentakkan badannya makin keras dan lama ke dalam tubuhku. tubuhku tampak bergetar. Tanganku pun memeluk tubuhnya dengan eratnya. Aku telah sampai dipuncak kenikmatan.

“Bang, nikmatnya….” lenguhku. Dia memperlambat enjotannya, membiarkan aku menikmati orgasmeku yang pertama. “abang blon kluar ya”. Dia menggeleng sambil tersenyum, “kamu makin cantik deh In kalo lagi nikmat gitu”, katanya sambil mengusap rambutku yang basah kringeten. “Terusin bang, kan abang blon keluar”. “santai ja, kamu atur napas dulu lah, baru mulai lagi. Mo minum gak, aku ambilin ya”. anpa menunggu jawabanku, dia mencabut kontolnya dan mengambil minuman yang ada dilemari esku. Kontolnya yang masi keras berlumuran cairan kenikmatanku, mengikap kena sinar lampu. “abang kuat ya, cowokku biasanya bareng aku ronde pertama gini”. Dia tersenyum dan memberikan minuman ke aku. Segera kuteguk abis minuman itu. “Lagi?” Aku menggeleng sambil mengatur napasku.

Aku membelai-belai batang kontolnya itu dengan penuh kelembutan. Dia langsung mengulum pentilku yang sudah mulai menegang lagi itu. Tokedkupun mulai terasa mengeras lagi. “Ssshh..”, aku mendesah penuh kenikmatan saat dia mengulum pentilku serta meremas-remas tubuhku. Kemudian dia menjilati seluruh tubuhku. “Enghh.., ahhng.., ahh.., nggssh”, aku mendesah. Napasnya mulai ngos-ngosan.

Diarahkan batang kontolnya ke dalam selangkanganku. “Sleep!”, Batang kontolnya pun telah masuk ke dalam lubang memekku. aku merasakan tubuhku dimasuki sesuatu yang terasa luar biasa enaknya. Mataku terpejam sangat dalam. Tubuhku mulai merespon gerakan naik turunnya. Nafasku tidak teratur dipenuhi dengan dorongan nafsu yang mulai tinggi. “Aahh.., esshh.., ahh”, aku mulai mengerang kenikmatan. Aku pun memegangi pantatnya untuk membantu gerakan naik turun. Tiba2 pintu kamar terbuka, Dina masuk. Dia kaget melihat live show yang sedang berlangsung di ranjang. “wah In, ma sapa neh, gak ngajak2 si”. Si abang kaget, dia langsung mencabut kontolnya dari memekku. “Ni si abang, instruktur fitenss tempat aku nge gfym. Bang, ni Dina, sexy banget kan”. Memang dina cuma pake tengtop dan jins ketat sehingga lekak liku bodinya sangat mengundang napsu lelaki yang melihatnya, termasuk si abang. Dia tampak sangat bernapsu melihat bodi Dina, “ayo Din, join, aku dah klimax neh, si abang blon ngecret juga”.

Si abang segera turun ranjang mendekati Dina, dipeluknya Dina dan diciumnya bibir Dina dengan penuh napsu. Dinapun segera meremas kontol si abang yang berlumuran cairan memekku. “Bang, Dina mau dong”. Segera siabang melucuti semua pakean Dina dan menyeret Dina keranjang. Aku turun dari ranjang dan tiduran disofa, nonton adegan live show yang segera akan dimulai. Dikangkangkannya paha Dina dan segera kontolnya dah menyelam kedalam memek Dina. “Ih si abang napsu banget, nikmatnya….” Dina melolong keenakan. dengan penuh nafsu si abang ngentotin Dina. Dina merepon dengan desahan-desahan. Tangan si abang memegangi paha Dina dan pinggangnya terus bergerak di sela-sela selangkangan Dina. Melihat adegan nikmat itu, aku mulai terangsang lagi. aku mendekati si abang. Kucium bibirnya waktu si abang menoleh ke aku.

Dia segera merespon ciuman itu dengan lumatan yang penuh birahi sambil terus asik dengan aktivitas maju-mundur untuk meningkatkan kenikmatannya. “Eng.., ssh.., nikmat.., bang”, desah Dina. Suara kecepak kecepok menjadi semakin keras dan berirama sering dengan gerakan kont0l si abang kluar masuk liang memek Dina. Aku semakin larut dengan permainan mereka. Memekku pun telah menjadi basah karena terangsang melihat adegan asik itu. Tubuh Dina pun ikut maju-mundur seiring dengan gerakan si abang. Ia pun semakin mempererat pelukannya pada si abang. Gerakan maju-mundur si abang diimbangi dengan gerakan bergoyang-goyang oleh Dina. Aktivitas ini membuat Dina merasa ada sesuatu yang mendesak. Dina semakin mempercepat goyangannya. Ia memeluk si abang sangat erat sambil terus mengoyangkan pinggulnya dengan cepat. Tiba-tiba tubuh Dina menegang dan memeknya berdenyut-denyut seperti meledakkan sesuatu. Dia merasa tubuhnya hancur berkeping-keping dalam kenikmatan. Dina sudah orgasme. “Bang, terusin ma aku lagi ya, Dina udah lemas tuh”, ucapku. “iya bang, terusin lagi ma Inez ya, Dina lemes nih”. Segera aku ngangkang disebelah mereka. Nafsuku sudah memuncak. Seluruh bagian tubuhku seperti menuntut untuk dicumbui.

Si abang pun menarik kontolnya dari memek Dina yang telah terkulai itu. Diarahkannya batang kontolnya itu ke arah lubang memekku. “Sleep!”, kontolnya langsung terasa tersedot-sedot. Ditindihnya tubuhku sambil menciumi tokedku dan pinggangnya melakukan gerakan naik turun. Aku melingkarkan tangan pada punggungnya. “Enghh terusshh.., bang.., masukin terus.., enggsshh”, desahku sambil terpejam. Dengan perlahan si abang menarik tubuhku agar duduk di atas pinggangnya. Posisi wot ini semakin membuat kontolnya lebih bisa masuk lebih dalam lagi. Tangannya memegangi pantatku. Aku juga merasa memekku terisi lebih penuh oleh batang kontolnya.

Segera aku melakukan gerakan maju mundur diselingi gerakan memutar pantatku, meremas2 kontolnya dengan otot dinding memekku. “Nikmatnya In….” si abang yang skarang mendesah karena semakin merasa kontolnya disedot-sedot oleh memekku. Aku yang berada di atas tubuhnya terus menggerakkan badanku. Kami telah larut dalam gerakan berirama. Si abang sesekali mengenjotkan kontolnya keatas mengiringi geolan pantatku. “Enghh.., terus.., bang.., Enghh enaahkk”, mataku terpejam sembari mendesah. Si abang terus menggerakan pinggangnya semakin cepat. Goyanganku pun menjadi samakin cepat pula. Memekku terasa semakin berdenyut-denyut oleh sodokan-sodokan kontolnya. “Lebihh kerashh.., enghh lagi”, aku merasakan tubuhku akan meledak. Gerakanku menjadi semakin cepat dan keras. Tiba-tiba saja tubuhku menegang tanda aku kembali mencapai puncak kenikmatan. “Bang kuat banget si, aku dah klimax lagi abang blon ngecret juga, terusin lagi ma Dina ya bang”.

Dia segera mencabut kontolnya dari memekku dan menghampiri Dina yang masi terkapar. Si abang mencium bibir Dina. Pertama lembut namun kemudian semakin ganas. Dina membalas ciuman itu. Mereka saling melumat lidah dan menghisap. Si abang meremasi toked Dina yang semakin lama makin mengeras. Kemudian si abang menciumi leher Dina dengan lembut. Tangannya yang satu mulai menggerayangi memek Dina yang dah terbuka itu. “Ash.., neghh, bang”, desah Dina. “Din dari belakang ya”, katanya. Dina disurunya nungging, perlahan diarahkannya kontolnya yang masi sangat keras itu ke memek Dina. “Slepp!”, kont0l si abang mulai memasuki lubang memek Dina. “Bang, nikmatnya….” erang dina. Lututnya seperti hampir copot ketika kont0l si abang masuk ke dalam lubang memeknya. “Eenghh.., nikmat, terusshh”, desah Dina sambil memejamkan mata. Si abang memegangi pinggang Dina dan terus menyodok-nyodokan kontolnya ke memek Dina. Cerita seks terbaru di kumpulanceritaseru.info Kontolnya terasa seperti dipijat-pijat dan disedot-sedot. Dia kemudian ikut membungkukkan badan agar tangannya dapat meremas toked Dina yang ranum menggantung.

Gerakan mereka makin lama makin cepat. Dina sudah tertelungkup di ranjang dengan pantat nungging ke atas dan si abang ngentotin dari belakang. “Terusshh, bang.., enakk”, desah Dina. Beberapa saat kemudian si abang mempercepat gerakannya. Ia memeluk erat tubuh Dina, pinggangya masih melakukan gerakan maju-mundur. Tiba-tiba tubuhnya mengejang sambil kontolnya disorongkan secara mendalam ke lubang memek Dina. Dia telah sampai di pucak kenikmatan. “Cret.., cret.., cret”, peju si abang menyembur dahsyat membasahi lubang memek Dina. Dina pun bergetar menerima semburan peju si abang dan mengerang keenakan, tubuhnya menengang dan kemudian melemas, Dina dah nyampe juga. Malem itu si abang masi sekali lagi ngentotin kami berdua. Rupanya kegiatan fitness yang rutin membuatnya kuat ngentotin kita berdua

Cerita dewasa 17th di tempat Gym – Berikut ini cerita dewasa yang membuatku senantiasa teringat selamanya. Aku jadi member di satu fitness center yang ada di satu mal deket tempat tinggalku. Ya biar bodiku tetep kenceng dan mencehag lemak tertimbun ditempat2 yang tidak diinginkan. Aku rutin latihan disitu, biasanya si seminggu sekali, tapi kalo lagi senggang bisa seminggu dua kali, malah kalo lagui libur ampir setiap ari aku ke situ. aku kenal dengan salah satu instruktor kelas. Sebut ja si abang (jadi gak usah nyebut namanya kan). Dia seneng ngobrol ma aku tiap ada kesempatan. Padahal banyak member prempuan yang laen, tapi si abang slalu mencari kesempatan untuk ngobrol dengan aku. Gak lama si, sebab ngobrolnya paling setelah selesai kelas, sembari istirahat menunggu kamar mandi yang kosong. Pdkt nya meningkat, dia ngajak aku minum kopi disatu gerai kopi yang aku tau pasti secangkir kopinya gak murah, berlipetlah harganya kalo dibanding dengan ngopi di warteg. “In, gak buru2 pulang kan, ngopi dulu yuk”, ajaknya.

Aku iyain ja, “Mang abang mo bayarin?” “Buat kamu apa si yang enggak”, kayanya ini jawaban standard lelaki kalo mo ngegombalin prempuan deh. Kami ngobrol ja ngalor ngidul sembari minum kopi, secangkir dah abis tapi masi terus ja ngobrolnya. Si abang memang temen ngobrol yang baek, ada aja topik yang dia obrolin diselingi dengan humornya yang membuat aku terpingkel2. Gak kerasa dah larut juga, tapi kami masi belum beranjak dari kedai kopi itu. “In, dah malem ni, aku anter kamu pulang ya”. Kayanya sengaja dia ngajak aku ngobrol supaya bisa nganter aku pulang. Tipuan standard lelaki lagi, aku si dah paham lah kalo tipiual dan gombal standard kaya gitu. Daripada pulang ndirian naek taksi, ya gak da salahnya maudianter, aman dan hemat uang taksi kan. Kesempatan laen, pdkt meningkat, dia ngajakin aku makan disalah satu resto yang ada di mal itu. “abang banyak duit ya, mbayarin aku terus”, aku gak nanya lagi dia mo traktir aku gak, aku tembak langsung ja minta dibayarin.

“Aku yang ngajak ya aku yang bayar”. “Kalo gitu aku gak mo ngajak abang minum kopi atau makan, ntar aku yang bayar”. Dia tertawa. “Ya enggaklah, biar kamu yang ngajak tetep ja aku yang bayar”. “abang baek banget”. “aku tu suka ma kamu In”, kaget juga aku mendengar tembakan langsungnya itu. “Kamu dah punya pacar In”. Aku ngangguk, “Kalo gitu kita ttm an ja ya. Kamu mo makan apa”. Sembari liat menu dia nawarin makanan yang dia rasa enak. “Wah abang sering ya makan disini, ma member yang mana bang”, godaku. “Ya pernahlah, ma temen2 ja, ma member baru ma kamu ini”. “Masak si”. “Iya”. Aku gak ngedesek lebi lanjut, “Kok suka ma aku bang, kan banyak member laen yang lebi cantik dan lebi sexy dari aku”. “aku seneng ma prempuan yang imut tapi berisi kaya kamu In”. “O gitu ya”. Aku si seneng ja dipuji gitu, prempuan mana si yang gak suka kalo dipuji lelaki.

“Aku berisi bang, ya isinya jeroan, kalo gak da jeroan dah jadi mumi kan”. “Maksud aku bodi kamu menarik diliat biar kamu imut juga”. “becak kali ditarik”, dia tertawa. Makanan pesanan dah dateng, kami makan sembari becanda2 terus. Aku gak nanggepin serius gombalannya tentang suka ma aku, dah sering banget aku dapet gombalan kaya gitu dari lelaki yang pdkt ma aku. “Cowok kamu gak marah kan aku traktir kamu”. “Ya gak lah, kan cuma traktir”. “Kalo lebi dari traktir?” “Misalnya?” “Ajakin nonton”. “Ya gak apa lah, cuman nonton kan?” Dia terdiam. Aku segera mengalihkan pembicaraan supaya dia gak terpojok atas jawabanku. Kami menikmati makan malem itu dengan santai, selesai makan seperti biasa dia nganter aku pulang. “Kamu kos ya In”. “iya”. “Sekamar ndiri”. “Gak, ada temenku, mahal bang kalo ndirian”. “Ma cowok kamu?’ “Gak lah, ma Dina”. “Dina gak member”. “Gk tu, dia males suru olahraga”. “Gemuk dong”.

“gak, justru lebi sexy dari aku”. “wow”. “Pengen kenal pasti ya”. “Gak lah, kenal kamu dah cukup kok”. “Masak?” godaku, “belon ja liat Dina, cowokku ja ngiler liat bodinya Dina”. “Pdahal dah punya cewek yang sexy kaya kamu ya”. “Namanya lelaki, ibarat kucing, dah kenyang makan dirumah masi ja nyari tulang ikan di tong sampah”.”Waduh, disamain ma kucing”. “abis mo disamain ma anjing?” Kami tertawa. Dah sampe di kos, aku sengaja nawarin mampir”. “Mo mampir bang, kenalan ma Dina”. “Gak ah, dah malem, masak bertamu malem2″. “nanti nyesel lo, kalo malem gini Dina cuma pake tengtop ma celpen, napsuin banget liatnya”. “Laen kali deh”. Gak tergoda juga.

Kesempatan laen lagi, abis makan dia ngajakin aku nonton. Aku iyain ja, dibioskop dia ngelus2 tanganku. “Kamu mau kan jadi ttm aku”, bisiknya. “nonton kok ngobrol, kan jadi gak ngikuti filmnya”. “Sori, terganggu ya”. aku mebiarkan tangannya menjelajah, tangan, lengan dan lahaku dielus2nya. “Bang, geli”, waktu tangannya mengelus2 pahaku yang tertutup jins ketat, soale tangannya makin lama makin keatas. karena kursinya gak lebar ya aku gak bisa ngangkang, jadi cuma nyentuk pangakl pahaku ja, naek juga aku dielus2 terus kaya gitu. “Tangan abang nakal ih, baeknya kursinya sempit”. “Kalo lebar napa”. “Pasti deh dah ketengah”, jawabku to the point. “Mau kan kalo ketengah juga”. Aku cuma senyum ja. “aku pengen cium kamu deh In, bole ya”. Dia merangkul aku, aku menoleh kearah dia dan membiarkan bibirnya menyentuh lembut bibirku.

Pelan diisapnya bibirku, aku membalas menjulurkan lidahku kedalam mulutnya, segera dibelitnya lidahku dengan lidahnya dan tangannya mulai meraba tokedku, diremasnya pelan. Aku makin naek jadinya. Sengaja kuelus selangkangannya, terasa ada sesuai yang keras banget disitu. “Bang cuma ciuman ja dah ngaceng si”. “abis aku napsu liat bodi kamu, toked kamu kenceng deh”. “Gak gede kan bang”. “Tapi proporsional ma bodi kamu”. Ciumannya dilepas karena film dah selesai. Aku seperti biasa dinater pulang. “Mo mampir bang, tapi Dina gak da, nginep dirumah temennya, katanya”. Kayanya dia dah napsu berat, dia ikut ja ke kamarku. Sesampai dikamar, dia merangkulku dari belakang. “In aku horni neh”. “Kamu cantik deh malam ini”, ucapnya. “mang malem kemaren2 gak cantik ya bang”. “Malem ni lebi cantik lagi”. “Gombal, pasti ada maunya” “Kamu juga mau kan”. Dia kemudian melingkarkan tangannya ke pinggangku, aku sedikit bergerak lebih mendekatkan badanku ke dalam pelukannya. Dia menggerakan tangannya dengan lembut untuk menyentuh bagian bawah tokedku. Aku hanya memejamkan mata saja. Kontolnya yang mengeras berhimpitan dengan pantatku. Perlahan ia mulai meremas dengan halus tokedku. Aku membiarkan telapak tangannya membelai-belai tokedku, jantungku sedikit berdebar-debar. Dia mulai menciumi bagian tengkuk leherku sambil memasukkan kebalik blusku.

Braku diangkatmya keatas sehingga tokedku terbebas untuk diremas2. Terutama remasan telapak tangannya terhadap pentilku. Tokedku pun menjadi agak mengeras oleh karena sentuhan dan remasan lembut tangannya’ “bang, mmh.., geli” “aku sayang sama kamu, In”, sahutnya sambil sedikit ngos-ngosan. Ia masih saja merabai tubuhku. “Engh, badanku jadi lemas semua nih”, aku berucap sambil setengah merengek. Memekku pun mulai terasa hangat dan lembab. Dia masih terus meremas-remas tokedku. Malah ia mulai memasukkan satu tangannya ke dalam jinsku. “Sempit yang”. Dia mengubah panggilannya ke aku, Aku seneng ja dipanggil yang gitu. “Dilepasin ja ya yang”. anpa menunggu jawabanku, dia mengangkat blusku keatas. aku mengangkat tanganku keatas membantu dua melepaskan blusku, gfak lama kemudian kaitan braku dilepasnya sehingga braku pun meluncur meninggalkan tempatnya. Kancing jinsku dilepas, ritsluitingnya dibuka dan dia menarik jinku kebawah sembari berjongkok. Dia mencium pantatku yang masi tertutup cd minim, aku sampe menggelinjang.

Dia bangkit berdiri, tangan satunya meremas tokedku kembali dan satunya lagi masuk ke dalam cdku. Jembutku yang halusdielus2nya, kemudian terasa jarinya menyentuh bibir memekku. Aku menggelinjang. Nafasku mulai tidak terkontrol. Memekku sudah mulai berdenyut-denyut. Aku dibaringkannya di ranjang. Ditindihnya tubuhku dengan birahi yang mulai tidak terkontrol. Segera dia mengulumi pentilku. “Bang, ngmhhnghh.., sshh”, erangku. Dia terus asik dengan aktivitas birahinya. Lidahnya mempermainkan pentilku dengan penuh perasaan. Mataku terpejam dan tanganku membelai kepalanya, merasakan kenikmatan jilatan-jilatannya. Dia akhirnya mulai tak sabar, ditariknya turun cdku, kemudian diapun melepas semua yang menempel dibadannya. Kontolnya sudah tegak.

Dikangkangkannya kedua kakiku dengan perlahan. Kontolnya dia arahkan ke dalam pangkal pahaku. “Sleep!”, setengah detik kemudian palkonnya mulai memasuki liang memekku. Dia mulai menggerakan pinggangnya naik turun. Napasnya semakin ngos-ngosan tatkala tubuhnya mulai bergerak menindih tubuhku. Tokedku bergoyang-goyang karena gerakan sodokannya. Aku juga merespon gerakkan yang dilakukannya. Memekku berdenyut-denyut ketika kontolnya terus bergerak dalam liang memekku. Pinggangku bergerak berputar-putar dan sambil merintih penuh rasa nikmat. “Bang.., nghh enghhnak.., enghh terusshhsshh”, rintihku dalam kenikmatan. Desahanku membuat nafsunya semakin menjadi-jadi. Konsentrasinya hanyalah pada gerakan tubuhnya yang maju mundur. Batang kontolnya seperti dipijit-pijit di dalam lubang memekku. Dia semakin mempercepat gerakannya. “Engghh.., yang.., engghh lebihhss kerassh..sshh”, aku mendesah.

Dia semakin mempercepat gerakannya. Bunyi kecepak-kecepuk menjadi semakin berirama. Gerakannya kini telah menjadi hentakan-hentakan. Aku masih terus memeluk erat tubuhnya sambil terpejam. “Esshh.., Ahh.., ahh..ampirr.., ashh”, aku mendesah-desah. aku merasa sudah hampir mencapai puncak. Gerakan tubuhnya menjadi sangat cepat. Dia menghentakkan badannya makin keras dan lama ke dalam tubuhku. tubuhku tampak bergetar. Tanganku pun memeluk tubuhnya dengan eratnya. Aku telah sampai dipuncak kenikmatan.

“Bang, nikmatnya….” lenguhku. Dia memperlambat enjotannya, membiarkan aku menikmati orgasmeku yang pertama. “abang blon kluar ya”. Dia menggeleng sambil tersenyum, “kamu makin cantik deh In kalo lagi nikmat gitu”, katanya sambil mengusap rambutku yang basah kringeten. “Terusin bang, kan abang blon keluar”. “santai ja, kamu atur napas dulu lah, baru mulai lagi. Mo minum gak, aku ambilin ya”. anpa menunggu jawabanku, dia mencabut kontolnya dan mengambil minuman yang ada dilemari esku. Kontolnya yang masi keras berlumuran cairan kenikmatanku, mengikap kena sinar lampu. “abang kuat ya, cowokku biasanya bareng aku ronde pertama gini”. Dia tersenyum dan memberikan minuman ke aku. Segera kuteguk abis minuman itu. “Lagi?” Aku menggeleng sambil mengatur napasku.

Aku membelai-belai batang kontolnya itu dengan penuh kelembutan. Dia langsung mengulum pentilku yang sudah mulai menegang lagi itu. Tokedkupun mulai terasa mengeras lagi. “Ssshh..”, aku mendesah penuh kenikmatan saat dia mengulum pentilku serta meremas-remas tubuhku. Kemudian dia menjilati seluruh tubuhku. “Enghh.., ahhng.., ahh.., nggssh”, aku mendesah. Napasnya mulai ngos-ngosan.

Diarahkan batang kontolnya ke dalam selangkanganku. “Sleep!”, Batang kontolnya pun telah masuk ke dalam lubang memekku. aku merasakan tubuhku dimasuki sesuatu yang terasa luar biasa enaknya. Mataku terpejam sangat dalam. Tubuhku mulai merespon gerakan naik turunnya. Nafasku tidak teratur dipenuhi dengan dorongan nafsu yang mulai tinggi. “Aahh.., esshh.., ahh”, aku mulai mengerang kenikmatan. Aku pun memegangi pantatnya untuk membantu gerakan naik turun. Tiba2 pintu kamar terbuka, Dina masuk. Dia kaget melihat live show yang sedang berlangsung di ranjang. “wah In, ma sapa neh, gak ngajak2 si”. Si abang kaget, dia langsung mencabut kontolnya dari memekku. “Ni si abang, instruktur fitenss tempat aku nge gfym. Bang, ni Dina, sexy banget kan”. Memang dina cuma pake tengtop dan jins ketat sehingga lekak liku bodinya sangat mengundang napsu lelaki yang melihatnya, termasuk si abang. Dia tampak sangat bernapsu melihat bodi Dina, “ayo Din, join, aku dah klimax neh, si abang blon ngecret juga”.

Si abang segera turun ranjang mendekati Dina, dipeluknya Dina dan diciumnya bibir Dina dengan penuh napsu. Dinapun segera meremas kontol si abang yang berlumuran cairan memekku. “Bang, Dina mau dong”. Segera siabang melucuti semua pakean Dina dan menyeret Dina keranjang. Aku turun dari ranjang dan tiduran disofa, nonton adegan live show yang segera akan dimulai. Dikangkangkannya paha Dina dan segera kontolnya dah menyelam kedalam memek Dina. “Ih si abang napsu banget, nikmatnya….” Dina melolong keenakan. dengan penuh nafsu si abang ngentotin Dina. Dina merepon dengan desahan-desahan. Tangan si abang memegangi paha Dina dan pinggangnya terus bergerak di sela-sela selangkangan Dina. Melihat adegan nikmat itu, aku mulai terangsang lagi. aku mendekati si abang. Kucium bibirnya waktu si abang menoleh ke aku.

Dia segera merespon ciuman itu dengan lumatan yang penuh birahi sambil terus asik dengan aktivitas maju-mundur untuk meningkatkan kenikmatannya. “Eng.., ssh.., nikmat.., bang”, desah Dina. Suara kecepak kecepok menjadi semakin keras dan berirama sering dengan gerakan kont0l si abang kluar masuk liang memek Dina. Aku semakin larut dengan permainan mereka. Memekku pun telah menjadi basah karena terangsang melihat adegan asik itu. Tubuh Dina pun ikut maju-mundur seiring dengan gerakan si abang. Ia pun semakin mempererat pelukannya pada si abang. Gerakan maju-mundur si abang diimbangi dengan gerakan bergoyang-goyang oleh Dina. Aktivitas ini membuat Dina merasa ada sesuatu yang mendesak. Dina semakin mempercepat goyangannya. Ia memeluk si abang sangat erat sambil terus mengoyangkan pinggulnya dengan cepat. Tiba-tiba tubuh Dina menegang dan memeknya berdenyut-denyut seperti meledakkan sesuatu. Dia merasa tubuhnya hancur berkeping-keping dalam kenikmatan. Dina sudah orgasme. “Bang, terusin ma aku lagi ya, Dina udah lemas tuh”, ucapku. “iya bang, terusin lagi ma Inez ya, Dina lemes nih”. Segera aku ngangkang disebelah mereka. Nafsuku sudah memuncak. Seluruh bagian tubuhku seperti menuntut untuk dicumbui.

Si abang pun menarik kontolnya dari memek Dina yang telah terkulai itu. Diarahkannya batang kontolnya itu ke arah lubang memekku. “Sleep!”, kontolnya langsung terasa tersedot-sedot. Ditindihnya tubuhku sambil menciumi tokedku dan pinggangnya melakukan gerakan naik turun. Aku melingkarkan tangan pada punggungnya. “Enghh terusshh.., bang.., masukin terus.., enggsshh”, desahku sambil terpejam. Dengan perlahan si abang menarik tubuhku agar duduk di atas pinggangnya. Posisi wot ini semakin membuat kontolnya lebih bisa masuk lebih dalam lagi. Tangannya memegangi pantatku. Aku juga merasa memekku terisi lebih penuh oleh batang kontolnya.

Segera aku melakukan gerakan maju mundur diselingi gerakan memutar pantatku, meremas2 kontolnya dengan otot dinding memekku. “Nikmatnya In….” si abang yang skarang mendesah karena semakin merasa kontolnya disedot-sedot oleh memekku. Aku yang berada di atas tubuhnya terus menggerakkan badanku. Kami telah larut dalam gerakan berirama. Si abang sesekali mengenjotkan kontolnya keatas mengiringi geolan pantatku. “Enghh.., terus.., bang.., Enghh enaahkk”, mataku terpejam sembari mendesah. Si abang terus menggerakan pinggangnya semakin cepat. Goyanganku pun menjadi samakin cepat pula. Memekku terasa semakin berdenyut-denyut oleh sodokan-sodokan kontolnya. “Lebihh kerashh.., enghh lagi”, aku merasakan tubuhku akan meledak. Gerakanku menjadi semakin cepat dan keras. Tiba-tiba saja tubuhku menegang tanda aku kembali mencapai puncak kenikmatan. “Bang kuat banget si, aku dah klimax lagi abang blon ngecret juga, terusin lagi ma Dina ya bang”.

Dia segera mencabut kontolnya dari memekku dan menghampiri Dina yang masi terkapar. Si abang mencium bibir Dina. Pertama lembut namun kemudian semakin ganas. Dina membalas ciuman itu. Mereka saling melumat lidah dan menghisap. Si abang meremasi toked Dina yang semakin lama makin mengeras. Kemudian si abang menciumi leher Dina dengan lembut. Tangannya yang satu mulai menggerayangi memek Dina yang dah terbuka itu. “Ash.., neghh, bang”, desah Dina. “Din dari belakang ya”, katanya. Dina disurunya nungging, perlahan diarahkannya kontolnya yang masi sangat keras itu ke memek Dina. “Slepp!”, kont0l si abang mulai memasuki lubang memek Dina. “Bang, nikmatnya….” erang dina. Lututnya seperti hampir copot ketika kont0l si abang masuk ke dalam lubang memeknya. “Eenghh.., nikmat, terusshh”, desah Dina sambil memejamkan mata. Si abang memegangi pinggang Dina dan terus menyodok-nyodokan kontolnya ke memek Dina. Cerita seks terbaru di kumpulanceritaseru.info Kontolnya terasa seperti dipijat-pijat dan disedot-sedot. Dia kemudian ikut membungkukkan badan agar tangannya dapat meremas toked Dina yang ranum menggantung.

Gerakan mereka makin lama makin cepat. Dina sudah tertelungkup di ranjang dengan pantat nungging ke atas dan si abang ngentotin dari belakang. “Terusshh, bang.., enakk”, desah Dina. Beberapa saat kemudian si abang mempercepat gerakannya. Ia memeluk erat tubuh Dina, pinggangya masih melakukan gerakan maju-mundur. Tiba-tiba tubuhnya mengejang sambil kontolnya disorongkan secara mendalam ke lubang memek Dina. Dia telah sampai di pucak kenikmatan. “Cret.., cret.., cret”, peju si abang menyembur dahsyat membasahi lubang memek Dina. Dina pun bergetar menerima semburan peju si abang dan mengerang keenakan, tubuhnya menengang dan kemudian melemas, Dina dah nyampe juga. Malem itu si abang masi sekali lagi ngentotin kami berdua. Rupanya kegiatan fitness yang rutin membuatnya kuat ngentotin kita berdua

ARTIKEL TERBARU

0 Response to "Cerita Dewasa sehabis ngegym"

Posting Komentar

::: TErima KAsih Anda Telah Memberi Komentar :::